Kesuksesan finansial menurut generasi milenium

sukses

Anda hanya hidup satu kali. Prinsip you only live once (YOLO) ini menggambarkan pola pikir sosial generasi milenium. Tak jarang, orang yang termasuk generasi milenium biasanya dianggap sebagai orang yang tidak memiliki tanggung jawab finansial.

Pada kenyataannya, generasi yang lahir antara tahun 1980 hingga awal tahun 2000-an ini tumbuh dalam kekuatan finansial. Mereka bukanlah generasi yang buta secara finansial seperti perkiraan banyak orang. Dalam pola pikir keuangan, moto YOLO tidak berlaku bagi mereka.

Awal pekan ini, situs media sosial Facebook merilis sebuah laporan bertajuk Millennials+money: The unfiltered journey. Laporan ini merupakan hasil survei dan analisis percakapan terhadap pengguna Facebook di Amerika Serikat (AS) yang tegolong ke dalam kelompok pekerja di rentang usia 21 tahun hingga 24 tahun. Laporan ini bertujuan untuk mengamati perilaku keuangan generasi milenium sekaligus memahami relasi mereka dengan uang.

Survei ini melibatkan 70 juta pekerja berusia 21-34 tahun di AS yang menjadi pengguna Facebook. Sebanyak 46% dari jumlah tersebut tergolong makmur dengan penghasilan per tahun di atas US$ 75.000.

Berdasarkan laporan ini, generasi milenium memiliki dua prioritas finansial utama. Sebanyak 43% responden mengatakan, prioritas finansial mereka adalah membayar utang. Sedangkan sebanyak 38% responden menjadikan tabungan untuk masa depan sebagai prioritas.

Beban utang yang begitu berat membikin generasi milenium mendefinisikan ulang arti kesuksesan finansial. Sebanyak 46% responden mengatakan, kesuksesan finansial berarti bebas dari utang. Hanya 13% responden yang mengartikan pensiun sebagai kesuksesan finansial dan hanya 21% yang menerjemahkan memiliki rumah sebagai kesuksesan finansial.

Demi melunasi utang, generasi milenium alias generasi Y memahami bahwa mereka harus menghindari timbulnya utang tambahan. Ini terlihat dari cara mereka membayar barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 57% generasi milenium di AS memilih membayar dengan uang tunai dibandingkan membayar secara kredit. Bahkan, generasi Y yang 2,2 kali lebih makmur dibandingkan generasi X lebih senang membayar secara tunai.

Lepas dari apakah mereka memiliki kartu kredit atau tidak, sebanyak 25% generasi milenium menganggap kartu kredis berpotensi memperburuk kondisi keuangan mereka. Sedangkan 30% responden merasa tidak yakin bagaimana kartu kredit bisa membantu keuangan mereka.

Selain bebas dari utang, prioritas kedua generasi milenium adalah menabung. Sebanyak 86% responden mengganggap tabungan sebagai hal penting. Sebanyak 54% generasi milenium memiliki tabungan lantaran mereka ingin bertanggung jawab terhadap kondisi keuangan mereka. Sebanyak 20% responden menabung untuk dana darurat. Sedangkan hanya 17% responden menabung untuk membeli rumah dan membiayai pensiun.

Meski begitu, generasi milenum tampaknya kurang tertarik berinvestasi. Sebanyak 12% responden beralasan, ketidakpercayaan terhadap lembaga keuangan menjadi penghalang bagi mereka untuk berinvestasi. Sebanyak 54% responden tidak berinvestasi lantaran merasa tidak memiliki uang. Sedangkan 24% responden tidak berinvestasi karena tidak memiliki cukup pengetahuan tentang investasi.

Facebook juga melaporkan, meski memiliki tanggung jawab, generasi milenium belum cukup mengambil tanggung jawab atas nasib keuangan mereka. Mereka bertanggung jawab tanpa disertai perencanaan. Hanya 37% responden yang memiliki rencana keuangan. Sedangkan sebanyak 16% responden tidak yakin apakah mereka memiliki rencana keuangan. Bagi mereka yang tidak memiliki, rencana keuangan terasa di luar jangkauan. Bahkan, sebanyak 52% responden tidak tahu bagaimana memulai dan menyusun perencanaan keuangan.

Reporter Herry Prasetyo
Editor Herry Prasetyo
RENCANA KEUANGAN UNTUK GENERASI MILENIUM
summer : kontan.co.id
Selasa, 26 Januari 2016 / 19:33 WIB

This entry was posted in Story. Bookmark the permalink.

Leave a comment